PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP
Oleh : Misbahul Munir
I. PENDAHULUAN.
Banyak ahli pendidikan di berbagai mancanegara menyadari pendidikan, terutama sekolah (formal), kurang mampu memenuhi tuntutan kehidupan. Karena itu, dalam pertemuan internasional yang diprakarsai Badan PBB Urusan Pendidikan dan Kebudayaan (UNESCO), mereka sepakat soal perlunya pendidikan seumur hidup.
Munculnya istilah ini, dalam dunia pendidikan, banyak menimbulkan dorongan atau pemikiran kritis terhadap pengertian pendidikan yang telah ada. Misalnya, tujuan pendidikan adalah pencapaian kedewasaan, sekolahan terutama berjenjang akademik bukanlah satu-satunya sistem pendidikan, dan pendidikan hendaknya lebih menonjolkan sifatnya sebagai self initiative dan self education.
Dalam Islam, landasan pendidikan seumur hidup terdapat dalam ayat-ayat Alquran dan hadis Rasul, antara lain :
”Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda kebesaran Allah bagi orang-orang yang beraka,". (QS. Ali Imran: 190). Hadis Rasul, "Tuntutlah ilmu dari buaian sampai ke liang lahat".
Islam memandang pentingnya pendidikan seumur hidup akibat pertumbuhan, dan perkembangan sosial, ekonomi, dan budaya. Ini berarti, penyelesaian studi berdasarkan jenjang pendidikan bukanlah sebagai batas selesainya pendidikan. Jalur pendidikan formal memiliki banyak kelemahan jika dibandingkan dengan pendidikan nonformal. Kelemahan pendidikan formal, antara lain, terlalu menekankan pada aspek kognitif pada anak-anak didik. Anak didik seolah-olah hidup terisolasikan selama mengalami dan menjalani pendidikan. Namun, jangan dimaknai pendidikan di sekolah formal tidak perlu. Dalam kenyataaannya pun jalur pendidikan ini tetap ada, malah semakin banyak bagai jamur di musim hujan. Hal ini disebabkan jalur pendidikan yang terlembagakan (formal), adanya keteraturan tentang perencanaaan dan pelaksanaaan pendidikan, juga memberikan rasa optimis bagi para peminatnya dengan jangka waktu yang relatif pendek. Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan tersebut, dan agar pendidikan seumur hidup dapat benar-benar berada dalam sistem, diperlukan aspek lain, yakni aspek horizontal. Aspek ini bermakna efisiensi pendidikan. Seperti sistem persekolahan, ia akan tercapai bila memperhatikan lingkungan, misalnya keluarga, tempat bermain, tempat kerja, atau lingkungan masyarakat secara luas. Di negara-negara berkembang, kompleksitas pendidikan bisa kait-mengait antara sistem, kurikulum, dukungan ekonomi, dan lain-lain sehingga sering mengaburkan prinsip, tujuan atau bahkan sistem pendidikan itu sendiri. Sehingga sistem dan tujuan pendidikan sering disalahartikan dan disalahgunakan. Adanya pendidikan seumur hidup, merupakan sebuah angin segar apabila kita mengamati pada beberapa asas yang melekat (inheren) pada gagasan pendidikan seumur hidup itu sendiri. Seperti sistem pendidikan semakin demokratis, pendidikan dapat meningkatkan kualitas hidup, dan pengintegrasian sekolah dengan kehidupan di lingkungan masyarakat. Hanya, bisa saja angin segar pendidikan seumur hidup menjadi angin surga alias utopia baru dalam bidang pendidikan, apabila hanya sebatas konsep tanpa implementasi. Konsepsi pendidikan seumur hidup di Indonesia telah beberapa kali tercantum dalam GBHN, tapi implementasinya sering berubah-ubah. Konsep di dalam GBHN masih amat luas pengertiannya, sehingga sering terjadi "keluwesan" menafsirkan yang berbeda. Misalnya dalam mengambil sikap antara beberapa pengertian pendidikan satu jalur (single track) dan pendidikan multijalur (multitrack). Demikian pula dengan pendidikan yang bersifat akademik ilmiah dan operasional-teknik, maupun antara pendidikan formal dan nonformal. Menurut pandangan penulis, asas pendidikan seumur hidup yang mengandung kemungkinan diversifikasi sistem pendidikan, tampaknya konsepsi satu jalur kurang begitu tepat dan efektif. Pendidikan satu jalur baru lebih efektif bila wajib belajar lebih tinggi dari yang ada sekarang. Kesadaran akan pentingnya pendidikan seumur hidup menjadi mendalam dengan adanya sejumlah firman Allah SWT dan hadis Nabi Muhammad yang mendasarinya. Persoalannya, tinggal bagaimana menjabarkan dan mengimplementasikannya. II. PEMBAHASAN A. Arti Pendidikan Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan meliputi pengajaran keahlian khusus, dan juga sesuatu yang tidak dapat dilihat tetapi lebih mendalam yaitu pemberian pengetahuan, pertimbangan dan kebijaksanaan. Salah satu dasar utama pendidikan adalah untuk mengajar kebudayaan melewati generasi.
Belajar
Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat.
Penjelasan Definisi
Perubahan akibat belajar dapat terjadi dalam berbagai bentuk perilaku, dari ranah kognitif, afektif, dan/atau psikomotor. Tidak terbatas hanya penambahan pengetahuan saja.
Sifat perubahannya relatif permanen, tidak akan kembali kepada keadaan semula. Tidak bisa diterapkan pada perubahan akibat situasi sesaat, seperti perubahan akibat kelelahan, sakit, mabuk, dan sebagainya.
Perubahannya tidak harus langsung mengikuti pengalaman belajar. Perubahan yang segera terjadi umumnya tidak dalam bentuk perilaku, tapi terutama hanya dalam potensi seseorang untuk berperilaku.
Perubahan terjadi akibat adanya suatu pengalaman atau latihan. Berbeda dengan perubahan serta-merta akibat refleks atau perilaku instinktif.
Perubahan akan lebih mudah terjadi bila disertai adanya penguat, berupa ganjaran yang diterima - hadiah atau hukuman - akibat adanya perubahan perilaku tersebut.
Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.
Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia serta dapat berlaku di manapun dan kapanpun.
Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, walaupun mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar supaya peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor) seseorang peserta didik. Pengajaran memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan guru saja. Sedangkan pembelajaran juga menyiratkan adanya interaksi antara guru dengan peserta didik.
B. Jenjang pendidikan
Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan.
Pendidikan anak usia dini
Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Pendidikan dasar
Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan awal selama 9 (sembilan) tahun pertama masa sekolah anak-anak yang melandasi jenjang pendidikan menengah.
Pendidikan menengah
Pendidikan menengah merupakan jenjang pendidikan lanjutan pendidikan dasar.
Pendidikan tinggi
Pendidikan tinggi adalah jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, doktor, dan spesialis yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi.
Jalur pendidikan
Jalur pendidikan adalah wahana yang dilalui peserta didik untuk mengembangkan potensi diri dalam suatu proses pendidikan yang sesuai dengan tujuan pendidikan.
Pendidikan formal
Pendidikan formal merupakan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah-sekolah pada umumnya. Jalur pendidikan ini mempunyai jenjang pendidikan yang jelas, mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, sampai pendidikan tinggi.
Pendidikan nonformal
Pendidikan nonformal paling banyak terdapat pada usia dini, serta pendidikan dasar, adalah TPA, atau Taman Pendidikan Al Quran,yang banyak terdapat di setiap mesjid dan Sekolah Minggu, yang terdapat di semua gereja.
Selain itu, ada juga berbagai kursus, diantaranya kursus musik, bimbingan belajar dan sebagainya.
Pendidikan informal
Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri.
Jenis pendidikan
Jenis pendidikan adalah kelompok yang didasarkan pada kekhususan tujuan pendidikan suatu satuan pendidikan.
Pendidikan umum
Pendidikan umum merupakan pendidikan dasar dan menengah yang mengutamakan perluasan pengetahuan yang diperlukan oleh peserta didik untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Bentuknya: Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas (SMA).
Pendidikan kejuruan
Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Bentuk satuan pendidikannya adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
Pendidikan akademik
Pendidikan akademik merupakan pendidikan tinggi program sarjana dan pascasarjana yang diarahkan terutama pada penguasaan disiplin ilmu pengetahuan tertentu.
Pendidikan profesi
Pendidikan profesi merupakan pendidikan tinggi setelah program sarjana yang mempersiapkan peserta didik untuk memasuki suatu profesi atau menjadi seorang profesional.
Pendidikan vokasi
Pendidikan vokasi merupakan pendidikan tinggi yang mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan keahlian terapan tertentu maksimal dalam jenjang diploma 4 setara dengan program sarjana (strata 1).
Pendidikan keagamaan
Pendidikan keagamaan merupakan pendidikan dasar, menengah, dan tinggi yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat menjalankan peranan yang menuntut penguasaan pengetahuan dan pengalaman terhadap ajaran agama dan/atau menjadi ahli ilmu agama.
Pendidikan khusus
Pendidikan khusus merupakan penyelenggaraan pendidikan untuk peserta didik yang berkelainan atau peserta didik yang memiliki kecerdasan luar biasa yang diselenggarakan secara inklusif (bergabung dengan sekolah biasa) atau berupa satuan pendidikan khusus pada tingkat pendidikan dasar dan menengah (dalam bentuk Sekolah Luar Biasa/SLB).
C. Filosofi pendidikan
Pendidikan biasanya berawal pada saat seorang bayi itu dilahirkan dan berlangsung seumur hidup.
Pendidikan bisa saja berawal dari sebelum bayi lahir seperti yang dilakukan oleh banyak orang dengan memainkan musik dan membaca kepada bayi dalam kandungan dengan harapan ia akan bisa (mengajar) bayi mereka sebelum kelahiran.
Banyak orang yang lain, pengalaman kehidupan sehari-hari lebih berarti daripada pendidikan formal. Seperti kata Mark Twain, "Saya tidak pernah membiarkan sekolah mengganggu pendidikan saya."
Anggota keluarga mempunyai peran pengajaran yang amat mendalam -- sering kali lebih mendalam dari yang disadari mereka -- walaupun pengajaran anggota keluarga berjalan secara tidak resmi.
D. Kualitas pendidikan
Ada dua faktor yang mempengaruhi kualitas pendidikan -- khususnya di Indonesia -- yaitu:
Faktor internal, meliputi jajaran dunia pendidikan baik itu Departemen Pendidikan Nasional, Dinas Pendidikan daerah, dan juga sekolah yang berada di garis depan.
Faktor eksternal, adalah masyarakat pada umumnya.
E. Tinjauan Pendidikan Islam
Pendidikan Islam
Pendidikan Islam boleh diertikan sebagai proses mendidik dan melatih akal, jasmaniah, dan ruhaniah manusia. Ia berasaskan nilai-nilai Islamiah yang bersumber al-Qur’an dan sunnah Rasulullah s.a.w adalah melahirkan insan yang bertakwa dan mengabdikan diri kepada Allah semata-mata. Untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan akal atau intelektual amat penting dalam mendidik akal. Ini kerana akal merupakan unsur paling berharga kepada manusia yang bertindak (berfikir) secara rasional tetapi kemampuannya agak terbatas. Fungsi tersebut telah dijelaskan dalam perkataan “iqra’” yang mana keadaan akal sentiasa menerima bimbingan Allah. Oleh itu, pendidikan Islam menekankan pentingnya melatih akal manusia dengan nilai-nilai ketuhanan (ilmu tauhid), sifat ketaatan (ta’abbud) dan penyucian rohani (tazkiyyah). Dengan demikian, pendidikan akal atau mental tidak tersisih daripada nilai-nilai kerohanian.
Pendidikan jasmani pula meliputi aspek fisik dan mental. Kedua-duanya turut diberi perhatian dalam pendidikan Islam. Ia merangkumi kebersihan, kesihatan, kecergasan, kekuatan, keberanian dan disiplin. Ia bertujuan melahirkan insan yang sehat dan kuat untuk menjalankan kewajiban kepada Allah. Selain itu, pendidikan jasmani juga dilihat dari sudut kerohanian dan kejiwaan yang menitikberatkan pembersihan jiwa (tazkiyyah nafs) serta keluruhan budi pekerti melalui akhlak. Pendidikan yang berbentuk rohani atau spiritual juga penting dalam Islam iaitu dalam konteks hubungan manusia dengan Allah. Keyakinan kepada Allah menjadi asas dalam mencapai kejayaan kerana kekuatan rohani yang dimiliki oleh individu itu membawa kepada kekukuhan pendidikan fisik, intelektual dan akhlak. Dengan itu, pendidikan Islam tidak akan terwujud tanpa disertai pendidikan rohani. Maka bertitik tolak dari pengertian ini, Islam menekankan beberapa aspek tertentu yang perlu diutamakan dalam pendidikan Islam. Pendidikan Islam itu berlaku secara terus menerus, baik formal maupun pendidikan non formal. Ini berarti pendidikan yang berasaskan nilai-nilai Islamiah tidak hanya pengajaran akademik tetapi juga bimbingan asuhan yang dilakukan oleh pendidik sangat diperlukan. Selain itu, pendidikan Islam juga merupakan satu proses menerapkan nilai-nilai Islam dan merealisasikan hasilnya dalam bidang pembinaan insan, pembentukan dan pemasyarakatannya mengikut dasar-dasar yang digariskan oleh Allah serta membentuk sikap dan tingkah laku seseorang. Ia juga boleh dianggap sebagai suatu konsep yang mengandung langkah-langkah dan kaedah-kaedah ilmiah yang dibawa oleh Islam dalam pembentukan pribadi yang sesuai dengan akidah Islam.
F. Konsep Kendidikan Islam
Dalam pendidikan Islam, terdapat beberapa konsep yang diguna pakai yaitu konsep Tarbiyyah, Ta’lim, Ta’dib, Tadris, Irsyad dan Inzhar. Kesemua konsep ini telah diterapkan oleh Rasulullah s.a.w. kepada para sahabat dan masyarakat dalam membina insan yang berakhlak tinggi. Konsep tarbiyah merupakan salah satu konsep pendidikan Islam yang penting.
Kata “tarbiyyah” berasal dari bahasa Arab yang dipetik dari kata kerja sebagai berikut :
a. Rabba, yarbu yang bererti tumbuh, bertambah, berkembang.
b. Rabbi, yarba yang bererti tumbuh menjadi lebih besar, menjadi lebih dewasa
c. Rabba, yarubbu yang bererti membaiki, mengatur, mengurus, mendidik.
Melalui pengertian tersebut, konsep tarbiyyah merupakan proses mendidik manusia dengan tujuan untuk memperbaiki kehidupan manusia ke arah yang lebih sempurna. Ia bukan saja dilihat dari proses mendidik, tetapi juga dari proses mengurus dan mengatur supaya perjalan kehidupan berjalan dengan lancar. Ia termasuk tarbiyyah dalam bentuk fisik, spiritual, material dan intelektual. Para sarjana pendidikan Islam telah bersepakat mengatakan bahawa perkataan (Rabbu) dalam ayat Rabbil Alamin berarti bahwa Allah itu bukan saja mempunyai sifat sebagai Tuhan, tetapi juga sebagai Pendidik. Dengan kata lain bahwa Allah mendidik manusia supaya mengikut jalan yang lurus dan yang diridhai-Nya dengan melakukan segala perintah-Nya dan meninggalkan segala larangan-Nya. Ia bertujuan supaya manusia mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat. Untuk melaksanakan tugas dan perintah tersebut, Allah telah mengutuskan para rasul dan nabi untuk menyampaikan pendidikan itu kepada manusia di atas muka bumi ini. Selain Allah sebagai Pendidik, manusia juga boleh menjadi pendidik berdasarkan firman Allah yang maksudnya : “Wahai Tuhanku, sayangilah keduanya sebagaimana mereka mendidikku sewaktu kecil.” Berdasarkan ayat tersebut, jelaslah kepada kita bahawa konsep tarbiyyah atau pendidikan itu bisa digunakan dalam konteks pendidikan manusia. Yang boleh dipakai sejak lahir sampai pada akhir kehidupan mereka di dunia yang berhubungan dengan pendidikan fisik, spiritual dan intelektual. Konsep tarbiyyah juga bisa digunakan dalam bahasa Inggeris. Konsep tersebut menggunakan istilah education yang berarti pendidikan, pengasuhan, pengajaran dan latihan. Istilah ini diambil dari perkataan educate yang berarti didik, ajar, asuh dan latih. Secara umum, pengertian tarbiyyah adalah sebagai satu proses yang terus menerus dalam membentuk individu baik fisik, mental maupun spiritual untuk mencapai kesempurnaan hidup. Proses ini akan mendidik mereka untuk menghayati nilai-nilai yang sesuai untuk kebahagiaan di dunia dan akhirat. Perkataan ta’lim juga dipetik dari kata dasar ‘iallama, yu‘allimu, ta‘lim yang berarti mengecap atau belajar untuk mengetahui berbagai masalah.
Ta’dib berasal dari kata ’adab artinya tata krama, Dalam pendidikan Islam bukan hanya mengajarjkan nilai nilai pendidikan akal saja tetapi juga diajarkan tentang akhlakul karimah baik hubungannya dengan Allah SWT maupun hubungannya dengan sesama makhluk (manusia)
Tadris berasal dari kata dirasah artinya pendidikan yang lebih menekankan kepada nilai-nilai ajaran sosial keagamaan yang berguna dalam masalah muamalat dalam kehidupan sehari-hari.
Irsyad berasal dari kata rasyada artinya petunjuk, dalam pendidikan Islam selalu mengajarkan sebuah jalan keluar dari berbagai permasalahan baik yang berhubungan dengan kepentingan dunia maupun kepentingan akhirat.
Inzhar berasal dari kata nazhara artinya melihat, maksudnya adalah pendidikan Islam selalu memandang kehidupan jauh kedepan yang tiada batas, hidup bukan hanya di dunia semata, tetapi lebih jauh bahwa ada kehidupan setelah kematian ini, yaitu kehidupan ukhrawi yang kekal abadi. Semua orang yang beriman pasti menginginkan kehidupan ukhrawi yang bahagia, maka pendidikan Islam telah memberikan porsi yang luar biasa agar pemeluknya bisa meraih kehidupan ukhrawi yang hakiki itu
Jadi kalau melihat makna tersebut jelaslah bahwa konsep pendidikan Islam selalu sejalan dengan kehidupan manusia itu sendiri. Sehingga tidak bisa dielakkan lagi bahwa pendidikan itu harus berlangsung seumur hidup.
III. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Dari uraian diatas, maka dapatlah disimpulkan bahwa pendidikan itu adalah merupakan sebuah kebutuhan mutlak bagi seluruh umat manusia yang tidak bisa diabaikan begitu saja. Mengingat pentingnya pendidikan itu maka diharapkan semua pihak bisa berperan aktif dalam memberikan kontribusinya di bidang pendidikan.
Secara garis besar pendidikan itu dapat dibagi menjadi pendidikan formal, pendidikan informal maupun pendidikan non formal, hanya saja kebanyakan manusia menganggap pendidikan itu tanggung jawab pendidikan formal, maka hal ini harus diluruskan. Karena menurut konsepsi Islam pendidikan itu bisa berlangsung kapan saja dan dimana saja bahkan bersangsung se umur hidup.
Jadi tidak diragukan lagi penulis menghimbau agar di semua lapisan masyarakat bisa memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai media belajar, baik yang berhubungan dengan alam semesta, dari pengalaman-pengalaman pribadi maupun pengalaman orang lain.
B. Saran
1. Sebagai orang yang beriman, marilah kita bersama-sama mengemban amanah Allah dengan sebaik-baiknya dalam menjalankan kapasitas khalifah fil ardhi.
2. Tanggung Jawab pendidikan adalah tanggung jawab bersama, marilah kita tebarkan ilmu Allah walau hanya satu ayat.
3. Kepada semua pihak, sadarilah bahwa pendidikan itu tidak pernah ada titik akhirnya, maka jangan berhenti untuk belajar dan belajar.
4. Ingat ”Menuntut ilmu itu hukumnya wajib” sejak dari buaian itu sampai ke liang lahat.
Demikian semoga ada manfaatnya.
Daftar Pustaka :
1. Judul : Pendidikan Seumur Hidup
Alamat : http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2006/012006/16/99forumguru.htm
Penulis : Dra. Hj. SITI SA’ADAH
2. Judul : Buku Sejarah Pendidikan Pada zaman rasulullah
Alamat : http://www.karyanet.com.my/knet/ebook/preview/previu
Penulis : Anisah Bahyah Haji Ahmad c
3. Judul : Ensiklopedi bebas
Alamat : http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan
Penulis : Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia
4. Judul : Al Quran Terjemah
Alamat : -
Penulis : Departemen Agama RI
Selasa, 27 November 2007
Jumat, 02 November 2007
Gaya Belajar Anak (Styles of Learning)
Gaya Belajar Anak (Styles of Learning)
Oleh : Misbahul Munir (mahasiswa S2 Kependidikan Unmul)
A. Apakah Belajar Itu?
Belajar adalah suatu proses. Artinya kegiatan belajar terjadi secara dinamis dan terus-menerus yang menyebabkan terjadinya perubahan dalam diri anak. Perubahan yang dimaksud dapat berupa pengetahuan (knowledge) atau perilaku (behavior).
Dua anak yang tumbuh dalam kondisi dan lingkungan yang sama dan meskipun mendapat perlakuan yang sama, belum tentu akan memiliki pemahanan, pemikiran dan pandangan yang sama terhadap dunia sekitarnya. Masing-masing memiliki cara pandang sendiri terhadap setiap peristiwa yang dilihat dan dialaminya. Cara pandang inilah yang kita kenal sebagai "Gaya Belajar".
Kata "belajar" yang sering dipersepsikan sebagai tindakan murid duduk diam di dalam kelas, mendengarkan penjelasan guru, dan membaca textbook BUKANLAH arti "belajar" yang sebenarnya yang akan kita bahas dalam artikel ini.
Belajar sebenarnya mengandung arti bagaimana kita menerima informasi dari dunia sekitar kita dan bagaimana kita memproses dan menggunakan informasi tersebut. Mengingat setiap individu memiliki keunikan tersendiri dan tidak pernah ada dua orang yang memiliki pengalaman hidup yang sama persis, hampir dipastikan bahwa "Gaya Belajar" masing-masing orang berbeda satu dengan yang lain. Namun, di tengah segala keragaman "Gaya Belajar" tersebut, banyak ahli mencoba menggunakan klasifikasi atau pengelompokan "Gaya Belajar" untuk memudahkan kita semua, khususnya para guru, dalam menjalankan tugas pendidikan dengan lebih strategis.
Selain itu juga gaya belajar atau learning style adalah suatu karakteristik kognitif, afektif dan perilaku psikomotoris, sebagai indikator yang bertindak yang relatif stabil untuk pebelajar merasa saling berhubungan dan bereaksi terhadap lingkungan belajar (NASSP dalam Ardhana dan Willis, 1989 : 4).
Gaya belajar mengacu pada cara belajar yang lebih disukai pebelajar. Umumnya, dianggap bahwa gaya belajar seseorang berasal dari variabel kepribadian, termasuk susunan kognitif dan psikologis latar belakang sosio cultural, dan pengalaman pendidikan (Nunan, 1991: 168).
Keanekaragaman Gaya belajar mahasiswa perlu diketahui pada awal permulaannya diterima pada suatu lembaga pendidikan yang akan ia jalani. Hal ini akan memudahkan bagi pembelajar untuk belajar maupun pembelajar untuk mengajar dalam proses pembelajaran. Pembelajar akan dapat belajar dengan baik dan hasil belajarnya baik, apabila ia mengerti gaya belajarnya. Hal tersebut memudahkan pembelajar dapat menerapkan pembelajaran dengan mudah dan tepat. Meningkatkan kemampuan intelegensinya (Kolb 1984 ), yang sangat mempengaruhi hasil belajar. Hasil belajar merupakan gambaran tingkat penguasaan mahasiswa terhadap sasaran belajar pada topik bahasan yang dieksperimenkan, yang diukur dengan berdasarkan jumlah skor jawaban benar pada soal yang disusun sesuai dengan sasaran belajar.
Belajar di bidang formal tidak selalu menyenangkan. Apalagi jika belajar dengan terpaksa . Menghadapi keterpaksaan untuk belajar jelas bukan hal yang menyenangkan. Tidak akan mudah bagi seseorang untuk berkonsentrasi belajar jika ia merasa terpaksa. Oleh karena itu, diperlukan jalan bagaimana agar belajar menjadi hal yang menyenangkan, atau .... walaupun tetap terpaksa, tapi dapat menjadi lebih mudah dan efektif.
Para ahli di bidang pendidikan mencoba mengembangkan teori mengenai gaya belajar sebagai cara untuk mencari jalan agar belajar menjadi hal yang mudah dan menyenangkan. Sebagaimana kita ketahui, belajar membutuhkan konsentrasi. Situasi dan kondisi untuk berkonsentrasi sangat berhubungan dengan gaya belajar. Jika kita mengenali gaya belajar, maka kita dapat mengelola pembelajaran pada kondisi apa, dimana, kapan dan bagaimana cara pembelajaran yang baik dan efektif.
Gaya belajar setiap orang dipengaruhi oleh faktor alamiah (pembawaan) dan faktor lingkungan . Jadi ada hal-hal tertentu yang tidak dapat diubah dalam diri seseorang bahkan dengan latihan sekalipun. Tetapi ada juga hal-hal yang dapat dilatihkan dan disesuaikan dengan lingkungan yang terkadang justru tidak dapat diubah.
Mengenali gaya belajar sendiri, belum tentu membuat kita menjadi lebih pandai. Tapi dengan mengenali gaya belajar, kita akan dapat menentukan cara belajar yang lebih efektif. Anda tahu bagaimana memanfaatkan kemampuan belajar secara maksimal, sehingga hasil belajar yang diperoleh dapat optimal.
Berdasarkan uraian diatas, kami perlu menyampaikan macam-macam gaya belajar sebagai berikut :
B. Macam-macam Gaya Relajar
1. Gaya Belajar Menurut David Kolb
Tanpa disadari dan direncanakan sebelumnya, setiap anak memiliki cara belajarnya sendiri. Mencoba mengenali "Gaya Belajar" anak, dan tentunya setelah guru mengenali "Gaya Belajar"nya sendiri, akan membuat proses belajar-mengajar jauh lebih efektif.
Dari sekian banyak teori atau temuan mengenai "Gaya Belajar", dalam kesempatan ini kita akan membahas sebuah model yang dikemukakan oleh David Kolb (Styles of Learning Inventory, 1981).
Concrete Experience (CE) "FEELING" Accomodator = 4 a 1 = Diverger Active ReflectiveExperimentation (AE) =-d-===========-c-= Observation (RO)"DOING" "WATCHING" Converger = 3 b 2 = Assimilator Abstract Conceptualization (AC) "THINKING"
David Kolb mengemukakan adanya empat kutub (a-d) kecenderungan seseorang dalam proses belajar, kutub-kutub tersebut antara lain:
1. Kutub Perasaan/FEELING (Concrete Experience)
Anak belajar melalui perasaan, dengan menekankan segi-segi pengalaman kongkret, lebih mementingkan relasi dengan sesama dan sensitivitas terhadap perasaan orang lain. Dalam proses belajar, anak cenderung lebih terbuka dan mampu beradaptasi terhadap perubahan yang dihadapinya.
2. Kutub Pemikiran/THINKING (Abstract Conceptualization)
Anak belajar melalui pemikiran dan lebih terfokus pada analisis logis dari ide-ide, perencanaan sistematis, dan pemahaman intelektual dari situasi atau perkara yang dihadapi. Dalam proses belajar, anak akan mengandalkan perencanaan sistematis serta mengembangkan teori dan ide untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya.
3. Kutub Pengamatan/WATCHING (Reflective Observation)
Anak belajar melalui pengamatan, penekanannya mengamati sebelum menilai, menyimak suatu perkara dari berbagai perspektif, dan selalu menyimak makna dari hal-hal yang diamati. Dalam proses belajar, anak akan menggunakan pikiran dan perasaannya untuk membentuk opini/pendapat.
4. Kutub Tindakan/DOING (Active Experimentation)
Anak belajar melalui tindakan, cenderung kuat dalam segi kemampuan melaksanakan tugas, berani mengambil resiko, dan mempengaruhi orang lain lewat perbuatannya. Dalam proses belajar, anak akan menghargai keberhasilannya dalam menyelesaikan pekerjaan, pengaruhnya pada orang lain, dan prestasinya.
Menurut Kolb, tidak ada individu yang gaya belajarnya secara mutlak didominasi oleh salah satu saja dari kutub tadi. Yang biasanya terjadi adalah kombinasi dari dua kutub dan membentuk satu kecenderungan atau orientasi belajar. Empat kutub di atas membentuk empat kombinasi gaya belajar.
Pada model di atas, empat kombinasi gaya belajar diwakili oleh angka 1 hingga 4, dengan penjelasan seperti di bawah ini:
1. Gaya Diverger
Kombinasi dari perasaan dan pengamatan (feeling and watching). Anak dengan tipe Diverger unggul dalam melihat situasi kongkret dari banyak sudut pandang yang berbeda. Pendekatannya pada setiap situasi adalah "mengamati" dan bukan "bertindak". Anak seperti ini menyukai tugas belajar yang menuntutnya untuk menghasilkan ide-ide (brainstorming), biasanya juga menyukai isu budaya serta suka sekali mengumpulkan berbagai informasi.
2. Gaya Assimillator
Kombinasi dari berpikir dan mengamati (thinking and watching). Anak dengan tipe Assimilator memiliki kelebihan dalam memahami berbagai sajian informasi serta merangkumkannya dalam suatu format yang logis, singkat, dan jelas. Biasanya anak tipe ini kurang perhatian pada orang lain dan lebih menyukai ide serta konsep yang abstrak, mereka juga cenderung lebih teoritis.
3. Gaya Converger
Kombinasi dari berfikir dan berbuat (thinking and doing). Anak dengan tipe Converger unggul dalam menemukan fungsi praktis dari berbagai ide dan teori. Biasanya mereka punya kemampuan yang baik dalam pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. Mereka juga cenderung lebih menyukai tugas-tugas teknis (aplikatif) daripada masalah sosial atau hubungan antar pribadi.
4. Gaya Accomodator.
Kombinasi dari perasaan dan tindakan (feeling and doing). Anak dengan tipe Accommodator memiliki kemampuan belajar yang baik dari hasil pengalaman nyata yang dilakukannya sendiri. Mereka suka membuat rencana dan melibatkan dirinya dalam berbagai pengalaman baru dan menantang. Mereka cenderung untuk bertindak berdasarkan intuisi / dorongan hati daripada berdasarkan analisa logis. Dalam usaha memecahkan masalah, mereka biasanya mempertimbangkan faktor manusia (untuk mendapatkan masukan / informasi) dibanding analisa teknis.
Menyimak berbagai gaya belajar di atas, sebagai guru perlu kiranya kita tetap sensitif terhadap strategi belajar kita sendiri, yang mungkin sama atau sama sekali berbeda dengan orientasi belajar peserta didik di kelas. Perbedaan itu dapat menimbulkan kesulitan dalam kegiatan belajar-mengajar (dalam interaksi, komunikasi, kerjasama, dan penilaian).
Jika mengajar kita pahami sebagai kesempatan membantu peserta didik untuk belajar, maka kita harus berusaha membantu mereka memahami "Style of Learning"nya, dengan tujuan meningkatkan segi-segi yang kuat dan memperbaiki sisi-sisi yang lemah dari padanya.
2. Gaya menurut Bobbi DePorter bersama Mike Hernacki didalam bukunya ”Quantum Learning”
Gaya belajar ada 3 dengan Karakteristik sebagai berikut :
a. Visual (Belajar dengan cara melihat)
Gaya, Belajar melalui pengamatan: mengamati peragaan.
Membaca, Menyukai deskripsi, sehingga seringkali ditengah-tengah membaca berhenti untuk membayangkan apa yang dibacanya.
Mengeja, Mengenali huruf melalui rangkaian kata yang tertulis ,
Menulis, Hasil tulisan cenderung baik, terbaca jekas dan rapi.
Ingatan, Ingat muka lupa nama, selalu menulis apa saja.
Imajinasi, Memiliki imajinasi kuat dengan melihat detil dari gambar yang ada. Distraktibilitas, Lebih mudah terpecah perhatiannya jika ada gambar.
Pemecahan, Menulis semua hal yang dipikirkan dalam suatu daftar.
Respons terhadap periode kosong aktivitas, Jalan-jalan melihat sesuatu yang dapat dilihat. Respon untuk situasi baru, Melihat sekeliling dengan mengamati struktur.
Emosi, Mudah menangis dan marah, tampil ekspresif,
Komunikasi, Tenang tak banyak bicara panjang, tak sabaran mendengar, lebih banyak mengamati.
Penampilan, Rapi, paduan warna senada, dan suka urutan.
Respon terhadap seni, Apresiasi terhadap seni apa saja yang dilihatnya secara mendalam dengan detil dan komponen, daripada karya secara keseluruhan.
b. Auditori (Belajar dengan cara Mendengar)
Gaya, belajar melalui instruksi dari orang lain,
Membaca, Menikmati percakapan dan tidak memperdulikan ilustrasi yang ada,
Mengeja, Menggunakan pendekatan melalui bunyi kata, Menulis, Hasil tulisan cenderung tipis, seadanya.
Ingatan, ingat nama lupa muka,ingatan melaui pengulangan.
Imajinasi, Tak mengutamakan detil, lebih berpikir mengandalkan pendengaran.
Distraktibilitas, Mudah terpecah perhatiannya dengan suara.
Pemecahan, Pemecahan masalah melalui lisan.
Respons terhadap periode kosong aktivitas, Ngobrol atau bicara sendiri.Respon untuk situasi baru, Bicara tentang pro dan kontra.
Emosi, Berteriak kalau bahagia, mudah meledak tapi cepat reda, emosi tergambar jelas melalui perubahan besarnya nada suara, dan tinggi rendahnya nada.
Komunikasi, Senang mendengar dan cenderung repetitif dalam menjelaskan.Penampilan, Tak memperhatikan harmonisasi paduan warna dalam penampilan.Respon terhadap seni, Lebih memilih musik. Kurang tertarik seni visual, namun siap berdiskusi sebagai karya secara keseluruhan,tidak berbicara secara detil dan komponen yang dilihatnya.
c. Kinestetik (Belajar dengan cara bergerak, bekerja dan menyentuh)
Gaya, Belajar melalui melakukan sesuatu secara langsung.
Membaca, Lebih memiliki bacaan yang sejak awal sudah menunjukkan adanya aksi.
Mengeja, Sulit mengeja sehingga cenderung menulis kata untuk memastikannya.
Menulis, Hasil tulisan "nembus" dan ada tekanan kuat pada alat tulis sehingga menjadi sangat jelas terbaca.
Ingatan, Lebih ingat apa yang sudah dilakukan, daripada apa yang baru saja dilihat atau dikatakan.
Imajinasi, Imajinasi tak terlalu penting, lebih mengutamakan tindakan/kegiatan.Distraktibilitas, Perhatian terpecah melalui pendengaran
Pemecahan, Pemecahan masalah melalui kegiatan fisik dan aktivitas.
Respons terhadap periode kosong aktivitas, Mencari kegiatan fisik bergerak.Respon untuk situasi baru, Mencoba segala sesuatu dengan meraba, merasakan dan memanipulasi.
Emosi, Melompat-lompat kalau gembira, memeluk, menepuk, dan gerakan tubuh keseluruhan sebagai luapan emosi.
Komunikasi, Menggunakan gerakan kalau bicara, kurang mampu mendengar dengan baik.
Penampilan, Rapi, namun cepat berantakan karena aktivitas yang dilakukanRespon terhadap seni, Respons terhadap musik melalui gerakan. Lebih memiliki patung, melukis yang melibatkan aktivitas gerakan.
3. Gaya belajar menurut Dave Meier dalam bukunya The Accelerated Learning
Gaya belajar menurut Dave Meier dikenal dengan sebutan pendekatan SAVI
a. Belajar ”Somatis”
”Somatis” berasal dari bahasa Yunani yang berarti tubuh-soma (seperti dalam psikosomatis). Jadi belajar somatis berarti belajar dengan indra peraba, kinestetis, praktis-melibatkan fisik dan menggunakan serta menggerakkan tubuh sewaktu belajar.
b. Belajar ”Auditori”
Belajar Auditori adalah cara belajar dengan menggunakan pendengaran. Belajar auditori merupakan cara belajar standar bagi semua masyarakat sejak adanya manusia. Telinga terus menerus menangkap dan menyimpan informasi auditori, bahkan tanpa disadari seseorang mampu membuat beberapa area penting didalam otak menjadi aktif.
c. Belajar ”Visual”
Ketajaman visual, meskipun lebih menonjol pada sebagian orang, sangat kuat dalam diri setiap orang. Alasannya adalah bahwa didalam otak terdapat lebih banyak perangkat untuk memproses informasi visual dari pada semua indra yang lain. Setiap orang (terutama pembelajar visual) lebih mudah belajar jika dapat ”melihat” apa yang sedang dibicarakan seseorang penceramah atau sebuah buku atau program komputer dan lain-lain. Pembelajar visual belajar paling baik jika mereka dapat melihat contoh dari dunia nyata.
d. Belajar ”Intelektual”
Kata ”Intelektual” menunjukkan apa yang dilakukan pembelajar dalam pikiran mereka secara internal ketika mereka menggunakan kecerdasan untuk merenung suatu pengalaman dan menciptakan hubungan, makna, rencana dan nilai dari pengalaman tersebut. ”Intelektual” adalah bagian dari merenung, mencipta, memecahkan masalah dan membangun makna.
Intelektual (menurut Dave meier) adalah pencipta makna dalam pikiran, sarana yang digunakan manusia untuk ”berfikir”, menyatukan pengalaman, menciptakan jaringan saraf baru dan belajar. Ia menghubungkan pengalaman mental, fisik, emosiaonal dan intuitif tubuh untuk membuat makana baru bagi dirinya sendiri. Itulah sarana yang digunakan pikiran untuk mengubah pengalaman menjadi pengetahuan, pengetahuan menjadi pemahaman, dan pemahaman diharapkan menjadi kearifan.
4. Gaya Belajar menurut Depdiknas
Tujuh Gaya Belajar Efektif
Banyak gaya yang bisa dipilih untuk belajar secara efektif. Berikut adalah tujuh gaya belajar yang mungkin bisa kita ambil :
a. Bermain dengan kata.
Gaya ini bisa kita mulai dengan mengajak seorang teman yang senang bermain dengan bahasa, seperti bercerita dan membaca serta menulis. Gaya belajar ini sangat menyenangkan karena bisa membantu kita mengingat nama, tempat, tanggal, dan hal-hal lainya dengan cara mendengar kemudian menyebutkannya.
b. Bermain dengan pertanyaan.
Bagi sebagian orang, belajar makin efektif dan bermanfaat bila itu dilakukan dengan cara bermian dengan pertanyaan. Misalnya, kita memancing keinginan tahuan dengan berbagai pertanyaan. Setiaop kali muncuil jawaban, kejar dengan pertanyaan, hingga didapatkan hasil yang paling akhirnya atau kesimpulan.
c. Bermain dengan gambar.
Anda sementar orang yang lebih suka belajar dengan membuat gambar, merancang, melihat gambar, slide, video atau film. Orang yang memiliki kegemaran ini, biasa memiliki kepekaan tertentu dalam menangkap gambar atau warna, peka dalam membuat perubahan, merangkai dan membaca kartu. Jika Anda termasuk kelompok ini, tak salah bila Anda mencoba mengikutinya.
d. Bermain dengan musik.
Detak irama, nyanyian, dan mungkin memainkan salah satu instrumen musik, atau selalu mendengarkan musik. Ada banyak orang yang suka mengingat beragam informasi dengan cara menginat notasi atau melodi musik. Ini yang disebut sebagai ritme hidup. Mereka berusaha mendapatkan informasi terbaru mengenai beragam hal dengan cara mengingat musik atau notasinya yang kemudian bisa membuatnya mencari informasi yang berkaitan dengan itu. Misalnya mendegarkan musik jazz, lalu tergeliik bagaimanalagu itu dibuat, siapa yang membuat, dimana, dan pada saat seperti apa lagu itu muncul. Informasi yang mengiringi lagu itu, bisa saja tak sebatas cerita tentang musik, tapi juga manusia, teknologi, dan situasi sosial politik pada kurun waktu tertentu.
e. Bermain dengan bergerak.
Gerak manusia, menyentuh sambil berbicara dan menggunakan tubuh untuk mengekspresikan gagasan adalah salah satu cara belajar yang menyenangkan. Mereka yang biasanya mudah memahami atau menyerap informasi dengan cara ini adalah kalangan penari, olahragawan. Jadi jika Anda termasuk kelompok yang aktif, tak salah mencoba belajar sambil tetap melakukan beragam aktivitas menyenangkan seperti menari atau berolahraga.
f. Bermain dengan bersosialisasi.
Bergabung dan membaur dengan orang lain adalah cara terbaik mendapat informasi dan belajar secara cepat. Dengan berkumpul, kita bisa menyerap berbagai informasi terbaru secara cepat dan mudah memahaminya. Dan biasanya, informasi yang didapat dengan cara ini, akan lebih lama terekam dalam ingatan.
g. Bermain dengan Kesendirian.
Ada sebagian orang yang gemar melakukan segala sesuatunya, termasuk belajar dengan menyepi. Untuk mereka yang seperti ini, biasanya suka tempat yang tenang dan ruang yang terjaga privasinya. Jika Anda termasuk yang seperti ini, maka memiliki kamar pribadi akan sangat membantu Anda bisa belajar secara mandiri.
Lima Prinsip Belajar :
a. Mengenali betul apa yang menarik untuk kita
Jika kita mengetahui betul apa sesungguhnya yang menarik bagi kita, tentu akan lebih mudah mencari ragam informasi penting yang akan kita pelajari. Tak ada seorang pun yang mampu memberikan informasi tentang apa yang menarik untuk kita pelajari kecuali kita sendiri.
Ada baiknya, sekali waktu, Anda berhenti dulu belajar, lalu tanyakan pada diri Anda sendiri, untuk apa Anda belajar? Jika Anda cukup punya alasannya, tak salah bila Anda mencoba mengujinya dengan mengikuti beberapa tes untuk melihat tingkat pemahaman kita dan cara untuk meningkatkannya. Hal terpenting yang perlu diingat adalah seberapa cepat pun kita bisa memahami suatu informasi, maka informasi itu dengan mudah bisa hilang dari ingatan jika ternyata informasi tersebut bukan seperti sesuatu yang menjadi inti ketertarikan kita.
b. Kenalilah kepribadian diri sendiri.
Jika kita tahu betul siap kita dan apa yang kita inginkan, maka mempelajari sesuatu yang sesuai dengan keinginan dan kepribadian kita menjadi lebih mudah dilakukan. Sebab, apapun yang akan kita pelajari dan pahami, seringkali menjadi sia-sia jika ternyata tak sesuai dengan kepribadian kita.
c. Rekam semua informasi dalam kata.
Langkah yang paling mudah untuk memahami, mengingat dan mempelajari sesuatu adalah dengan kata. Jadi, langkah yang paling mudah dan bijaksana adalah bila kita terbiasa merekam semua informasi itu dengan cara menuliskannya kembali dalam bentuk apa saja. Gambar, coretan dan yang terbaik adalah catatan tertulis buatan tangan sendiri.
d. Belajar bersama orang lain.
Cara termudah untuk belajar sesungguhnya adalah bila kita melakukannya secara bersama-sama. Prinsip belajar ini hampir selalu efektif bagi setiap orang, apa pun karakter belajar yang dimilikinya. Selain itu, belajar juga menjadi terasa lebih menyenangkan dan ringan, bila dilakukan secara bersama-sama.
e. Hargai diri sendiri.
Belajar memahami dan menyerap informasi akan menjadi lebih terasa bermanfaat dan berarti bila kita menghargainya. Jadi, rencanakan apa yang Anda akan pelajari dan pahami. Setelah itu, cobalah membuat jeda di antara waktu belajar yang Anda laklukan. Setelah itu, lihat seberapa besar tingkat keberhasilan Anda dalam mempelajari suatu informasi atau fakta tertentu. Bila Anda merasa itu berhasil, maka Anda layak menghargai jerih-payah Anda belajar dengan cara apa saja. Misalnya, merayakannya dengan makan enak atau membeli sesuatu yang bisa mengingatkan Anda akan keberhasilan yang Anda pernah capai.
C. Ulasan dan Tanggapan
Dari semua gaya belajar yang dipaparkan oleh para ahli sebagaimana diatas tentunya masing-masing gaya belajar mempunyai kelebihan dan kekurangan, yang sudah barang tentu bagi pengguna gaya belajar yang satu, mereka akan berkata inilah gaya belajar yang terbaik, begitu juga yang lainnya akan berkomentar yang sama.
Terlepas dari itu semua, sesungguhnya alangkah bijaksananya kalau para pendidik bisa meramu gaya belajar yang ada dalam satu kesatuan yang utuh sehingga bisa mengambil yang lebih baik dan terbaik dalam pembelajaran serta bisa lebih efektif.
DAFTAR PUSTAKA
1. Judul Buku : The Accelereted Learning
Pengarang : Dave Meier
Penerbit : Kaifa, tahun 2002
2. Judul Buku : Quantum Learning
Pengarang : Bobbi DePorter dan Mike Hernacki
Penerbit : Kaifa, tahun 1992
3. Judul Buku : Gaya Belajar Anak (Styles of Learning)
Pengarang : Strategi Pendidikan Kristen, B.S. Sidjabat, M.Th., Ed.D., , halaman 79 - 81, Yayasan Andi, Yogyakarta.
Penerbit : http://www.sabda.org/pepak/pustaka/010160/
4. Judul Buku : "Orang tua dan guru harus kenal gaya belajar anak secara tepat agar anak tak frustasi karena dinilai”
Pengarang : teks DR Reni Akbor Howodi Psi. Fok. Psikologi U1.
Penerbit : http://mathe-magics.com/articles.php
5. Judul Buku : Memahami Gaya Belajar Agar Makin Pintar
Pengarang : Sumber TEMPO Interaktif - 23 April 2001.
Penerbit :http://www.depdiknas.go.id/serba_serbi/memahami%20%20%20gaya%20belajar.htm
6. Judul Buku : Apa Gaya Belajar Itu ?
Pengarang : Artikel/Umum
Penerbit : http://www.ut.ac.id/html/Strategi-bjj/gaya1.htm
7. Judul Buku : Pengaruh Penggunaan Bahan Ajar dan Gaya Belajar terhadap Hasil Belajar
Pengarang : Christiana Demaja W. Sahertian, S.PAK, M.Pd
Penerbit : http://re-searchengines.com/christiana6-04.html
Oleh : Misbahul Munir (mahasiswa S2 Kependidikan Unmul)
A. Apakah Belajar Itu?
Belajar adalah suatu proses. Artinya kegiatan belajar terjadi secara dinamis dan terus-menerus yang menyebabkan terjadinya perubahan dalam diri anak. Perubahan yang dimaksud dapat berupa pengetahuan (knowledge) atau perilaku (behavior).
Dua anak yang tumbuh dalam kondisi dan lingkungan yang sama dan meskipun mendapat perlakuan yang sama, belum tentu akan memiliki pemahanan, pemikiran dan pandangan yang sama terhadap dunia sekitarnya. Masing-masing memiliki cara pandang sendiri terhadap setiap peristiwa yang dilihat dan dialaminya. Cara pandang inilah yang kita kenal sebagai "Gaya Belajar".
Kata "belajar" yang sering dipersepsikan sebagai tindakan murid duduk diam di dalam kelas, mendengarkan penjelasan guru, dan membaca textbook BUKANLAH arti "belajar" yang sebenarnya yang akan kita bahas dalam artikel ini.
Belajar sebenarnya mengandung arti bagaimana kita menerima informasi dari dunia sekitar kita dan bagaimana kita memproses dan menggunakan informasi tersebut. Mengingat setiap individu memiliki keunikan tersendiri dan tidak pernah ada dua orang yang memiliki pengalaman hidup yang sama persis, hampir dipastikan bahwa "Gaya Belajar" masing-masing orang berbeda satu dengan yang lain. Namun, di tengah segala keragaman "Gaya Belajar" tersebut, banyak ahli mencoba menggunakan klasifikasi atau pengelompokan "Gaya Belajar" untuk memudahkan kita semua, khususnya para guru, dalam menjalankan tugas pendidikan dengan lebih strategis.
Selain itu juga gaya belajar atau learning style adalah suatu karakteristik kognitif, afektif dan perilaku psikomotoris, sebagai indikator yang bertindak yang relatif stabil untuk pebelajar merasa saling berhubungan dan bereaksi terhadap lingkungan belajar (NASSP dalam Ardhana dan Willis, 1989 : 4).
Gaya belajar mengacu pada cara belajar yang lebih disukai pebelajar. Umumnya, dianggap bahwa gaya belajar seseorang berasal dari variabel kepribadian, termasuk susunan kognitif dan psikologis latar belakang sosio cultural, dan pengalaman pendidikan (Nunan, 1991: 168).
Keanekaragaman Gaya belajar mahasiswa perlu diketahui pada awal permulaannya diterima pada suatu lembaga pendidikan yang akan ia jalani. Hal ini akan memudahkan bagi pembelajar untuk belajar maupun pembelajar untuk mengajar dalam proses pembelajaran. Pembelajar akan dapat belajar dengan baik dan hasil belajarnya baik, apabila ia mengerti gaya belajarnya. Hal tersebut memudahkan pembelajar dapat menerapkan pembelajaran dengan mudah dan tepat. Meningkatkan kemampuan intelegensinya (Kolb 1984 ), yang sangat mempengaruhi hasil belajar. Hasil belajar merupakan gambaran tingkat penguasaan mahasiswa terhadap sasaran belajar pada topik bahasan yang dieksperimenkan, yang diukur dengan berdasarkan jumlah skor jawaban benar pada soal yang disusun sesuai dengan sasaran belajar.
Belajar di bidang formal tidak selalu menyenangkan. Apalagi jika belajar dengan terpaksa . Menghadapi keterpaksaan untuk belajar jelas bukan hal yang menyenangkan. Tidak akan mudah bagi seseorang untuk berkonsentrasi belajar jika ia merasa terpaksa. Oleh karena itu, diperlukan jalan bagaimana agar belajar menjadi hal yang menyenangkan, atau .... walaupun tetap terpaksa, tapi dapat menjadi lebih mudah dan efektif.
Para ahli di bidang pendidikan mencoba mengembangkan teori mengenai gaya belajar sebagai cara untuk mencari jalan agar belajar menjadi hal yang mudah dan menyenangkan. Sebagaimana kita ketahui, belajar membutuhkan konsentrasi. Situasi dan kondisi untuk berkonsentrasi sangat berhubungan dengan gaya belajar. Jika kita mengenali gaya belajar, maka kita dapat mengelola pembelajaran pada kondisi apa, dimana, kapan dan bagaimana cara pembelajaran yang baik dan efektif.
Gaya belajar setiap orang dipengaruhi oleh faktor alamiah (pembawaan) dan faktor lingkungan . Jadi ada hal-hal tertentu yang tidak dapat diubah dalam diri seseorang bahkan dengan latihan sekalipun. Tetapi ada juga hal-hal yang dapat dilatihkan dan disesuaikan dengan lingkungan yang terkadang justru tidak dapat diubah.
Mengenali gaya belajar sendiri, belum tentu membuat kita menjadi lebih pandai. Tapi dengan mengenali gaya belajar, kita akan dapat menentukan cara belajar yang lebih efektif. Anda tahu bagaimana memanfaatkan kemampuan belajar secara maksimal, sehingga hasil belajar yang diperoleh dapat optimal.
Berdasarkan uraian diatas, kami perlu menyampaikan macam-macam gaya belajar sebagai berikut :
B. Macam-macam Gaya Relajar
1. Gaya Belajar Menurut David Kolb
Tanpa disadari dan direncanakan sebelumnya, setiap anak memiliki cara belajarnya sendiri. Mencoba mengenali "Gaya Belajar" anak, dan tentunya setelah guru mengenali "Gaya Belajar"nya sendiri, akan membuat proses belajar-mengajar jauh lebih efektif.
Dari sekian banyak teori atau temuan mengenai "Gaya Belajar", dalam kesempatan ini kita akan membahas sebuah model yang dikemukakan oleh David Kolb (Styles of Learning Inventory, 1981).
Concrete Experience (CE) "FEELING" Accomodator = 4 a 1 = Diverger Active ReflectiveExperimentation (AE) =-d-===========-c-= Observation (RO)"DOING" "WATCHING" Converger = 3 b 2 = Assimilator Abstract Conceptualization (AC) "THINKING"
David Kolb mengemukakan adanya empat kutub (a-d) kecenderungan seseorang dalam proses belajar, kutub-kutub tersebut antara lain:
1. Kutub Perasaan/FEELING (Concrete Experience)
Anak belajar melalui perasaan, dengan menekankan segi-segi pengalaman kongkret, lebih mementingkan relasi dengan sesama dan sensitivitas terhadap perasaan orang lain. Dalam proses belajar, anak cenderung lebih terbuka dan mampu beradaptasi terhadap perubahan yang dihadapinya.
2. Kutub Pemikiran/THINKING (Abstract Conceptualization)
Anak belajar melalui pemikiran dan lebih terfokus pada analisis logis dari ide-ide, perencanaan sistematis, dan pemahaman intelektual dari situasi atau perkara yang dihadapi. Dalam proses belajar, anak akan mengandalkan perencanaan sistematis serta mengembangkan teori dan ide untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya.
3. Kutub Pengamatan/WATCHING (Reflective Observation)
Anak belajar melalui pengamatan, penekanannya mengamati sebelum menilai, menyimak suatu perkara dari berbagai perspektif, dan selalu menyimak makna dari hal-hal yang diamati. Dalam proses belajar, anak akan menggunakan pikiran dan perasaannya untuk membentuk opini/pendapat.
4. Kutub Tindakan/DOING (Active Experimentation)
Anak belajar melalui tindakan, cenderung kuat dalam segi kemampuan melaksanakan tugas, berani mengambil resiko, dan mempengaruhi orang lain lewat perbuatannya. Dalam proses belajar, anak akan menghargai keberhasilannya dalam menyelesaikan pekerjaan, pengaruhnya pada orang lain, dan prestasinya.
Menurut Kolb, tidak ada individu yang gaya belajarnya secara mutlak didominasi oleh salah satu saja dari kutub tadi. Yang biasanya terjadi adalah kombinasi dari dua kutub dan membentuk satu kecenderungan atau orientasi belajar. Empat kutub di atas membentuk empat kombinasi gaya belajar.
Pada model di atas, empat kombinasi gaya belajar diwakili oleh angka 1 hingga 4, dengan penjelasan seperti di bawah ini:
1. Gaya Diverger
Kombinasi dari perasaan dan pengamatan (feeling and watching). Anak dengan tipe Diverger unggul dalam melihat situasi kongkret dari banyak sudut pandang yang berbeda. Pendekatannya pada setiap situasi adalah "mengamati" dan bukan "bertindak". Anak seperti ini menyukai tugas belajar yang menuntutnya untuk menghasilkan ide-ide (brainstorming), biasanya juga menyukai isu budaya serta suka sekali mengumpulkan berbagai informasi.
2. Gaya Assimillator
Kombinasi dari berpikir dan mengamati (thinking and watching). Anak dengan tipe Assimilator memiliki kelebihan dalam memahami berbagai sajian informasi serta merangkumkannya dalam suatu format yang logis, singkat, dan jelas. Biasanya anak tipe ini kurang perhatian pada orang lain dan lebih menyukai ide serta konsep yang abstrak, mereka juga cenderung lebih teoritis.
3. Gaya Converger
Kombinasi dari berfikir dan berbuat (thinking and doing). Anak dengan tipe Converger unggul dalam menemukan fungsi praktis dari berbagai ide dan teori. Biasanya mereka punya kemampuan yang baik dalam pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. Mereka juga cenderung lebih menyukai tugas-tugas teknis (aplikatif) daripada masalah sosial atau hubungan antar pribadi.
4. Gaya Accomodator.
Kombinasi dari perasaan dan tindakan (feeling and doing). Anak dengan tipe Accommodator memiliki kemampuan belajar yang baik dari hasil pengalaman nyata yang dilakukannya sendiri. Mereka suka membuat rencana dan melibatkan dirinya dalam berbagai pengalaman baru dan menantang. Mereka cenderung untuk bertindak berdasarkan intuisi / dorongan hati daripada berdasarkan analisa logis. Dalam usaha memecahkan masalah, mereka biasanya mempertimbangkan faktor manusia (untuk mendapatkan masukan / informasi) dibanding analisa teknis.
Menyimak berbagai gaya belajar di atas, sebagai guru perlu kiranya kita tetap sensitif terhadap strategi belajar kita sendiri, yang mungkin sama atau sama sekali berbeda dengan orientasi belajar peserta didik di kelas. Perbedaan itu dapat menimbulkan kesulitan dalam kegiatan belajar-mengajar (dalam interaksi, komunikasi, kerjasama, dan penilaian).
Jika mengajar kita pahami sebagai kesempatan membantu peserta didik untuk belajar, maka kita harus berusaha membantu mereka memahami "Style of Learning"nya, dengan tujuan meningkatkan segi-segi yang kuat dan memperbaiki sisi-sisi yang lemah dari padanya.
2. Gaya menurut Bobbi DePorter bersama Mike Hernacki didalam bukunya ”Quantum Learning”
Gaya belajar ada 3 dengan Karakteristik sebagai berikut :
a. Visual (Belajar dengan cara melihat)
Gaya, Belajar melalui pengamatan: mengamati peragaan.
Membaca, Menyukai deskripsi, sehingga seringkali ditengah-tengah membaca berhenti untuk membayangkan apa yang dibacanya.
Mengeja, Mengenali huruf melalui rangkaian kata yang tertulis ,
Menulis, Hasil tulisan cenderung baik, terbaca jekas dan rapi.
Ingatan, Ingat muka lupa nama, selalu menulis apa saja.
Imajinasi, Memiliki imajinasi kuat dengan melihat detil dari gambar yang ada. Distraktibilitas, Lebih mudah terpecah perhatiannya jika ada gambar.
Pemecahan, Menulis semua hal yang dipikirkan dalam suatu daftar.
Respons terhadap periode kosong aktivitas, Jalan-jalan melihat sesuatu yang dapat dilihat. Respon untuk situasi baru, Melihat sekeliling dengan mengamati struktur.
Emosi, Mudah menangis dan marah, tampil ekspresif,
Komunikasi, Tenang tak banyak bicara panjang, tak sabaran mendengar, lebih banyak mengamati.
Penampilan, Rapi, paduan warna senada, dan suka urutan.
Respon terhadap seni, Apresiasi terhadap seni apa saja yang dilihatnya secara mendalam dengan detil dan komponen, daripada karya secara keseluruhan.
b. Auditori (Belajar dengan cara Mendengar)
Gaya, belajar melalui instruksi dari orang lain,
Membaca, Menikmati percakapan dan tidak memperdulikan ilustrasi yang ada,
Mengeja, Menggunakan pendekatan melalui bunyi kata, Menulis, Hasil tulisan cenderung tipis, seadanya.
Ingatan, ingat nama lupa muka,ingatan melaui pengulangan.
Imajinasi, Tak mengutamakan detil, lebih berpikir mengandalkan pendengaran.
Distraktibilitas, Mudah terpecah perhatiannya dengan suara.
Pemecahan, Pemecahan masalah melalui lisan.
Respons terhadap periode kosong aktivitas, Ngobrol atau bicara sendiri.Respon untuk situasi baru, Bicara tentang pro dan kontra.
Emosi, Berteriak kalau bahagia, mudah meledak tapi cepat reda, emosi tergambar jelas melalui perubahan besarnya nada suara, dan tinggi rendahnya nada.
Komunikasi, Senang mendengar dan cenderung repetitif dalam menjelaskan.Penampilan, Tak memperhatikan harmonisasi paduan warna dalam penampilan.Respon terhadap seni, Lebih memilih musik. Kurang tertarik seni visual, namun siap berdiskusi sebagai karya secara keseluruhan,tidak berbicara secara detil dan komponen yang dilihatnya.
c. Kinestetik (Belajar dengan cara bergerak, bekerja dan menyentuh)
Gaya, Belajar melalui melakukan sesuatu secara langsung.
Membaca, Lebih memiliki bacaan yang sejak awal sudah menunjukkan adanya aksi.
Mengeja, Sulit mengeja sehingga cenderung menulis kata untuk memastikannya.
Menulis, Hasil tulisan "nembus" dan ada tekanan kuat pada alat tulis sehingga menjadi sangat jelas terbaca.
Ingatan, Lebih ingat apa yang sudah dilakukan, daripada apa yang baru saja dilihat atau dikatakan.
Imajinasi, Imajinasi tak terlalu penting, lebih mengutamakan tindakan/kegiatan.Distraktibilitas, Perhatian terpecah melalui pendengaran
Pemecahan, Pemecahan masalah melalui kegiatan fisik dan aktivitas.
Respons terhadap periode kosong aktivitas, Mencari kegiatan fisik bergerak.Respon untuk situasi baru, Mencoba segala sesuatu dengan meraba, merasakan dan memanipulasi.
Emosi, Melompat-lompat kalau gembira, memeluk, menepuk, dan gerakan tubuh keseluruhan sebagai luapan emosi.
Komunikasi, Menggunakan gerakan kalau bicara, kurang mampu mendengar dengan baik.
Penampilan, Rapi, namun cepat berantakan karena aktivitas yang dilakukanRespon terhadap seni, Respons terhadap musik melalui gerakan. Lebih memiliki patung, melukis yang melibatkan aktivitas gerakan.
3. Gaya belajar menurut Dave Meier dalam bukunya The Accelerated Learning
Gaya belajar menurut Dave Meier dikenal dengan sebutan pendekatan SAVI
a. Belajar ”Somatis”
”Somatis” berasal dari bahasa Yunani yang berarti tubuh-soma (seperti dalam psikosomatis). Jadi belajar somatis berarti belajar dengan indra peraba, kinestetis, praktis-melibatkan fisik dan menggunakan serta menggerakkan tubuh sewaktu belajar.
b. Belajar ”Auditori”
Belajar Auditori adalah cara belajar dengan menggunakan pendengaran. Belajar auditori merupakan cara belajar standar bagi semua masyarakat sejak adanya manusia. Telinga terus menerus menangkap dan menyimpan informasi auditori, bahkan tanpa disadari seseorang mampu membuat beberapa area penting didalam otak menjadi aktif.
c. Belajar ”Visual”
Ketajaman visual, meskipun lebih menonjol pada sebagian orang, sangat kuat dalam diri setiap orang. Alasannya adalah bahwa didalam otak terdapat lebih banyak perangkat untuk memproses informasi visual dari pada semua indra yang lain. Setiap orang (terutama pembelajar visual) lebih mudah belajar jika dapat ”melihat” apa yang sedang dibicarakan seseorang penceramah atau sebuah buku atau program komputer dan lain-lain. Pembelajar visual belajar paling baik jika mereka dapat melihat contoh dari dunia nyata.
d. Belajar ”Intelektual”
Kata ”Intelektual” menunjukkan apa yang dilakukan pembelajar dalam pikiran mereka secara internal ketika mereka menggunakan kecerdasan untuk merenung suatu pengalaman dan menciptakan hubungan, makna, rencana dan nilai dari pengalaman tersebut. ”Intelektual” adalah bagian dari merenung, mencipta, memecahkan masalah dan membangun makna.
Intelektual (menurut Dave meier) adalah pencipta makna dalam pikiran, sarana yang digunakan manusia untuk ”berfikir”, menyatukan pengalaman, menciptakan jaringan saraf baru dan belajar. Ia menghubungkan pengalaman mental, fisik, emosiaonal dan intuitif tubuh untuk membuat makana baru bagi dirinya sendiri. Itulah sarana yang digunakan pikiran untuk mengubah pengalaman menjadi pengetahuan, pengetahuan menjadi pemahaman, dan pemahaman diharapkan menjadi kearifan.
4. Gaya Belajar menurut Depdiknas
Tujuh Gaya Belajar Efektif
Banyak gaya yang bisa dipilih untuk belajar secara efektif. Berikut adalah tujuh gaya belajar yang mungkin bisa kita ambil :
a. Bermain dengan kata.
Gaya ini bisa kita mulai dengan mengajak seorang teman yang senang bermain dengan bahasa, seperti bercerita dan membaca serta menulis. Gaya belajar ini sangat menyenangkan karena bisa membantu kita mengingat nama, tempat, tanggal, dan hal-hal lainya dengan cara mendengar kemudian menyebutkannya.
b. Bermain dengan pertanyaan.
Bagi sebagian orang, belajar makin efektif dan bermanfaat bila itu dilakukan dengan cara bermian dengan pertanyaan. Misalnya, kita memancing keinginan tahuan dengan berbagai pertanyaan. Setiaop kali muncuil jawaban, kejar dengan pertanyaan, hingga didapatkan hasil yang paling akhirnya atau kesimpulan.
c. Bermain dengan gambar.
Anda sementar orang yang lebih suka belajar dengan membuat gambar, merancang, melihat gambar, slide, video atau film. Orang yang memiliki kegemaran ini, biasa memiliki kepekaan tertentu dalam menangkap gambar atau warna, peka dalam membuat perubahan, merangkai dan membaca kartu. Jika Anda termasuk kelompok ini, tak salah bila Anda mencoba mengikutinya.
d. Bermain dengan musik.
Detak irama, nyanyian, dan mungkin memainkan salah satu instrumen musik, atau selalu mendengarkan musik. Ada banyak orang yang suka mengingat beragam informasi dengan cara menginat notasi atau melodi musik. Ini yang disebut sebagai ritme hidup. Mereka berusaha mendapatkan informasi terbaru mengenai beragam hal dengan cara mengingat musik atau notasinya yang kemudian bisa membuatnya mencari informasi yang berkaitan dengan itu. Misalnya mendegarkan musik jazz, lalu tergeliik bagaimanalagu itu dibuat, siapa yang membuat, dimana, dan pada saat seperti apa lagu itu muncul. Informasi yang mengiringi lagu itu, bisa saja tak sebatas cerita tentang musik, tapi juga manusia, teknologi, dan situasi sosial politik pada kurun waktu tertentu.
e. Bermain dengan bergerak.
Gerak manusia, menyentuh sambil berbicara dan menggunakan tubuh untuk mengekspresikan gagasan adalah salah satu cara belajar yang menyenangkan. Mereka yang biasanya mudah memahami atau menyerap informasi dengan cara ini adalah kalangan penari, olahragawan. Jadi jika Anda termasuk kelompok yang aktif, tak salah mencoba belajar sambil tetap melakukan beragam aktivitas menyenangkan seperti menari atau berolahraga.
f. Bermain dengan bersosialisasi.
Bergabung dan membaur dengan orang lain adalah cara terbaik mendapat informasi dan belajar secara cepat. Dengan berkumpul, kita bisa menyerap berbagai informasi terbaru secara cepat dan mudah memahaminya. Dan biasanya, informasi yang didapat dengan cara ini, akan lebih lama terekam dalam ingatan.
g. Bermain dengan Kesendirian.
Ada sebagian orang yang gemar melakukan segala sesuatunya, termasuk belajar dengan menyepi. Untuk mereka yang seperti ini, biasanya suka tempat yang tenang dan ruang yang terjaga privasinya. Jika Anda termasuk yang seperti ini, maka memiliki kamar pribadi akan sangat membantu Anda bisa belajar secara mandiri.
Lima Prinsip Belajar :
a. Mengenali betul apa yang menarik untuk kita
Jika kita mengetahui betul apa sesungguhnya yang menarik bagi kita, tentu akan lebih mudah mencari ragam informasi penting yang akan kita pelajari. Tak ada seorang pun yang mampu memberikan informasi tentang apa yang menarik untuk kita pelajari kecuali kita sendiri.
Ada baiknya, sekali waktu, Anda berhenti dulu belajar, lalu tanyakan pada diri Anda sendiri, untuk apa Anda belajar? Jika Anda cukup punya alasannya, tak salah bila Anda mencoba mengujinya dengan mengikuti beberapa tes untuk melihat tingkat pemahaman kita dan cara untuk meningkatkannya. Hal terpenting yang perlu diingat adalah seberapa cepat pun kita bisa memahami suatu informasi, maka informasi itu dengan mudah bisa hilang dari ingatan jika ternyata informasi tersebut bukan seperti sesuatu yang menjadi inti ketertarikan kita.
b. Kenalilah kepribadian diri sendiri.
Jika kita tahu betul siap kita dan apa yang kita inginkan, maka mempelajari sesuatu yang sesuai dengan keinginan dan kepribadian kita menjadi lebih mudah dilakukan. Sebab, apapun yang akan kita pelajari dan pahami, seringkali menjadi sia-sia jika ternyata tak sesuai dengan kepribadian kita.
c. Rekam semua informasi dalam kata.
Langkah yang paling mudah untuk memahami, mengingat dan mempelajari sesuatu adalah dengan kata. Jadi, langkah yang paling mudah dan bijaksana adalah bila kita terbiasa merekam semua informasi itu dengan cara menuliskannya kembali dalam bentuk apa saja. Gambar, coretan dan yang terbaik adalah catatan tertulis buatan tangan sendiri.
d. Belajar bersama orang lain.
Cara termudah untuk belajar sesungguhnya adalah bila kita melakukannya secara bersama-sama. Prinsip belajar ini hampir selalu efektif bagi setiap orang, apa pun karakter belajar yang dimilikinya. Selain itu, belajar juga menjadi terasa lebih menyenangkan dan ringan, bila dilakukan secara bersama-sama.
e. Hargai diri sendiri.
Belajar memahami dan menyerap informasi akan menjadi lebih terasa bermanfaat dan berarti bila kita menghargainya. Jadi, rencanakan apa yang Anda akan pelajari dan pahami. Setelah itu, cobalah membuat jeda di antara waktu belajar yang Anda laklukan. Setelah itu, lihat seberapa besar tingkat keberhasilan Anda dalam mempelajari suatu informasi atau fakta tertentu. Bila Anda merasa itu berhasil, maka Anda layak menghargai jerih-payah Anda belajar dengan cara apa saja. Misalnya, merayakannya dengan makan enak atau membeli sesuatu yang bisa mengingatkan Anda akan keberhasilan yang Anda pernah capai.
C. Ulasan dan Tanggapan
Dari semua gaya belajar yang dipaparkan oleh para ahli sebagaimana diatas tentunya masing-masing gaya belajar mempunyai kelebihan dan kekurangan, yang sudah barang tentu bagi pengguna gaya belajar yang satu, mereka akan berkata inilah gaya belajar yang terbaik, begitu juga yang lainnya akan berkomentar yang sama.
Terlepas dari itu semua, sesungguhnya alangkah bijaksananya kalau para pendidik bisa meramu gaya belajar yang ada dalam satu kesatuan yang utuh sehingga bisa mengambil yang lebih baik dan terbaik dalam pembelajaran serta bisa lebih efektif.
DAFTAR PUSTAKA
1. Judul Buku : The Accelereted Learning
Pengarang : Dave Meier
Penerbit : Kaifa, tahun 2002
2. Judul Buku : Quantum Learning
Pengarang : Bobbi DePorter dan Mike Hernacki
Penerbit : Kaifa, tahun 1992
3. Judul Buku : Gaya Belajar Anak (Styles of Learning)
Pengarang : Strategi Pendidikan Kristen, B.S. Sidjabat, M.Th., Ed.D., , halaman 79 - 81, Yayasan Andi, Yogyakarta.
Penerbit : http://www.sabda.org/pepak/pustaka/010160/
4. Judul Buku : "Orang tua dan guru harus kenal gaya belajar anak secara tepat agar anak tak frustasi karena dinilai”
Pengarang : teks DR Reni Akbor Howodi Psi. Fok. Psikologi U1.
Penerbit : http://mathe-magics.com/articles.php
5. Judul Buku : Memahami Gaya Belajar Agar Makin Pintar
Pengarang : Sumber TEMPO Interaktif - 23 April 2001.
Penerbit :http://www.depdiknas.go.id/serba_serbi/memahami%20%20%20gaya%20belajar.htm
6. Judul Buku : Apa Gaya Belajar Itu ?
Pengarang : Artikel/Umum
Penerbit : http://www.ut.ac.id/html/Strategi-bjj/gaya1.htm
7. Judul Buku : Pengaruh Penggunaan Bahan Ajar dan Gaya Belajar terhadap Hasil Belajar
Pengarang : Christiana Demaja W. Sahertian, S.PAK, M.Pd
Penerbit : http://re-searchengines.com/christiana6-04.html
Langganan:
Postingan (Atom)