PENANAMAN BUDI PEKERTI MELALUI PEMBIASAAN PERILAKU SEHARI-HARI DI SEKOLAH
I. LATAR BELAKANG
Dalam realita kehidupan banyak dijumpai di lingkungan masyarakat, baik masyarakat perkotaan maupun masyarakat pedesaan sudah terjadi pergeseran moral (perilaku) yang cenderung mengarah kepada tindakan kriminal, seperti penyalahgunaan obat terlarang, pergaulan bebas di kalangan remaja, kesiapan dan kemandirian mentalitas yang semakin tidak terkontrol. Melihat kenyataan seperti ini, mayarakat pada umumnya dan para orang tua khususnya mulai mempertanyakan sistem pendidikan kita, seolah-olah baik buruknya remaja terletak pada pendidikan formal, oleh karena itu tidak mengherankan kalau guru (sekolah) menjadi kambing hitam persoalan remaja, padahal pembentukan watak seseorang bukan hanya menjadi tanggung jawab para pendidik dilingkungan pendidikan formal / sekolah, tetapi tanggung jawab pendidikan watak yang pertama dan utama adalah orang tua.
Namun, kenyataan yang ada banyak anak atau remaja tidak merasakan suasana aman dan nyaman dilingkungan keluarganya, hal ini terjadi karena berbagai faktor yang sangat komplek, seperti kesibukan orang tua yang sama-sama bekerja, sehingga menyerahkan urusan anak kepada pembantu, kurangnya keteladanan orang tua yang dibutuhkan oleh anak-anaknya, seolah-olah orang tua hanya mempunyai tanggung jawab yang berhubungan dengan materi saja, padahal segudang permasalahan di rumah tangga perlu segera diatasi.
Sementara itu, pada dasarnya sekolah merupakan suatu wadah kerjasama antara orang tua dan guru untuk menghantarkan anak-anak atau remaja menuju kearah perubahan positif, baik yang berhubungan dengan kecerdasan integensi, kecerdasan emosi maupun kecerdasan spiritualnya. Disisi lain sekolah juga merupakan suatu wadah kebersamaan antara guru dengan murid, bertatap muka dan tempat terciptanya hubungan personal diantara keduanya yang sekaligus merupakan kekuatan pendidikan dan pengajaran.
Dengan melihat kondisi seperti ini, maka yang perlu ditingkatkan dalam pembentukan watak seorang anak / remaja adalah wujud kerjasama segitiga emas antara orang tua, guru dan sang murid itu sendiri yang sekaligus merupakan suatu bagian yang terintegrasi antara yang satu dengan yang lainnya.
I. LATAR BELAKANG
Dalam realita kehidupan banyak dijumpai di lingkungan masyarakat, baik masyarakat perkotaan maupun masyarakat pedesaan sudah terjadi pergeseran moral (perilaku) yang cenderung mengarah kepada tindakan kriminal, seperti penyalahgunaan obat terlarang, pergaulan bebas di kalangan remaja, kesiapan dan kemandirian mentalitas yang semakin tidak terkontrol. Melihat kenyataan seperti ini, mayarakat pada umumnya dan para orang tua khususnya mulai mempertanyakan sistem pendidikan kita, seolah-olah baik buruknya remaja terletak pada pendidikan formal, oleh karena itu tidak mengherankan kalau guru (sekolah) menjadi kambing hitam persoalan remaja, padahal pembentukan watak seseorang bukan hanya menjadi tanggung jawab para pendidik dilingkungan pendidikan formal / sekolah, tetapi tanggung jawab pendidikan watak yang pertama dan utama adalah orang tua.
Namun, kenyataan yang ada banyak anak atau remaja tidak merasakan suasana aman dan nyaman dilingkungan keluarganya, hal ini terjadi karena berbagai faktor yang sangat komplek, seperti kesibukan orang tua yang sama-sama bekerja, sehingga menyerahkan urusan anak kepada pembantu, kurangnya keteladanan orang tua yang dibutuhkan oleh anak-anaknya, seolah-olah orang tua hanya mempunyai tanggung jawab yang berhubungan dengan materi saja, padahal segudang permasalahan di rumah tangga perlu segera diatasi.
Sementara itu, pada dasarnya sekolah merupakan suatu wadah kerjasama antara orang tua dan guru untuk menghantarkan anak-anak atau remaja menuju kearah perubahan positif, baik yang berhubungan dengan kecerdasan integensi, kecerdasan emosi maupun kecerdasan spiritualnya. Disisi lain sekolah juga merupakan suatu wadah kebersamaan antara guru dengan murid, bertatap muka dan tempat terciptanya hubungan personal diantara keduanya yang sekaligus merupakan kekuatan pendidikan dan pengajaran.
Dengan melihat kondisi seperti ini, maka yang perlu ditingkatkan dalam pembentukan watak seorang anak / remaja adalah wujud kerjasama segitiga emas antara orang tua, guru dan sang murid itu sendiri yang sekaligus merupakan suatu bagian yang terintegrasi antara yang satu dengan yang lainnya.
II. ARTI BUDI PEKERTI
Dilihat dari segi bahasa “Budi Pekerti” adalah akal pikiran, tabiat, tingkah laku, watak karakter. Sedangkan pengertian dalam bahasa Inggris, budi pekerti diterjemahkan sebagai “Moralitas”. Moralitas mengandung beberapa pengertian antara lain : adat istiadat, sopan santun dan perilaku. Sungguhpun demikian pengertian budi pekerti yang paling hakiki adalah perilaku.
Sikap dan perilaku budi pekerti mengandung lima jangkauan sebagai berikut :
Sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan Allah
Sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan diri sendiri
Sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan keluarga
Sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan masyarakat dan negara
Sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan alam sekitar.
Dengan demikian, maka dapatlah ditarik sebuah pengertian bahwa budi pekerti itu adalah suatu sikap dan perilaku yang berhubungan dengan kelima jangkauan tersebut.
III. POKOK PERMASALAHAN.
Sekolah yang merupakan bagian yang terintegrasi dalam pembentukan watak seorang anak / remaja, melihat beberapa celah sejauh mana peran serta sekolah dalam memberi kontribusi pembentukan watak seorang anak / remaja sebagai bekal kehidupannya
Sekolah yang merupakan bagian yang terintegrasi dalam pembentukan watak seorang anak / remaja, melihat beberapa celah sejauh mana peran serta sekolah dalam memberi kontribusi pembentukan watak seorang anak / remaja sebagai bekal kehidupannya
IV. DASAR TEORI
Sebagai dasar atau landasan pemaparan dalam pembentukan sikap dan perilaku ada beberapa bahan sebagai acuan pegangan sebagai berikut :
Sebagai dasar atau landasan pemaparan dalam pembentukan sikap dan perilaku ada beberapa bahan sebagai acuan pegangan sebagai berikut :
1. Artinya : Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak
kamu kerjakan. (Q.S. Ash Shaf ayat. 3)
2. Artinya : Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu
2. Artinya : Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu
(Q.S. Al Ahzab ayat. 21)
3. Al Hadits
3. Al Hadits
Artinya : Sesungguhnya aku di utus oleh Allah untuk menyempurnakan akhlaq. (HR. Ahmad
dan Baihaqi)
4. Sifat wajib bagi Rasul
a. Siddiq artinya jujur / benar
b. Amanah artinya dapat dipercaya
c. Tabligh artinya menyampaikan
d. Fathonah artinya pandai
5. Dasar, Fungsi dan Tujuan Sistem Pendidikan Nasional
Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan UUD Negara Repuplik Indonesia tahun
4. Sifat wajib bagi Rasul
a. Siddiq artinya jujur / benar
b. Amanah artinya dapat dipercaya
c. Tabligh artinya menyampaikan
d. Fathonah artinya pandai
5. Dasar, Fungsi dan Tujuan Sistem Pendidikan Nasional
Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan UUD Negara Repuplik Indonesia tahun
1945.
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaq mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
V. PEMBAHASAN
Sesuai dengan pokok permasalahan yang diangkat dan berdasarkan dasar atau landasan teori diatas, maka sesungguhnya sekolah turut memberikan andil yang cukup besar dalam pembentukan watak anak / remaja, tentunya apabila sekolah “Guru” mengetahui betul posisinya sebagai seorang “Pendidik” , bukan hanya sekedar mengajar di depan kelas tetapi sekaligus sebagai sosok yang patut diteladani.
Seorang Pendidik, sebelum mendidik dan mengajarkan ilmu pengetahuan, sudah barang tentu dia memiliki bekal yang cukup di bidang ilmu pengetahuannya maupun bekal ruhiyahnya, karena itulah sebagai modal dasar dalam mencapai tujuan pembelajaran. Ibarat sebuah komputer, bekal ilmu pengetahuan itu adalah perangkat kerasnya (hardware) sedangkan bekal ruhiyah adalah perangkat lunaknya (sofware), ilmu pengetahuan adalah disiplin ilmu yang akan disampaikan dan bisa dikembangkan atau dipelihara dengan cara memperbanyak belajar dan membaca sedangkan bekal ruriyah adalah berhubungan dengan kerjanya hati, seperti keikhlasan dalam memberi materi, kebersihan dan kesucian hati sehingga tumbuh kembang rasa tanggung jawab akan tugasnya hal ini hanya bisa dipelihara dengan memperbanyak shalat malam, dzikir kepada Allah dan membaca Al Qur’an (Q.S. Al Muzammil ayat. 1 – 4).
Selanjutnya, memang dalam dunia pendidikan secara zhahir, siapapun mampu menyampaikan materi pembelajaran, namun demikian sangat sedikit sekali yang mampu memberikan keteladanan, padahal keteladanan itu adalah kunci sukses dalam pembentukan watak anak / remaja, sehingga pantas kalau Allah sangat membenci orang yang bisa berkata-kata tetapi ia tidak melaksanakannya (Q.S. Ash Shaf ayat.3). Seorang pendidik sudah selayaknya mengamalkan empat sifat Rasul dalam kesehariannya, dia jujur dan selalu berkata benar, dia dapat dipercaya tidak pernah berkhianat, dia selalu bertutur kata menyampaikan pesan-pesan Allah dan Rasulnya, serta dia berusaha untuk mengembangkan diri, mengasah kecerdasannya untuk belajar dan belajar, sejalan dengan maksud dan tujuan Allah mengutus Muhammad Rasulullah menjadi suri teladan dan untuk menyempurnakan akhlaq umatnya. Keteladanan adalah pembelajaran pembentukan watak yang paling efektif kerena dia tidak perlu berkata-kata yang banyak, tetapi memberi contoh sebagai fakta aktual dalam kehidupan sebagaimana pribadi Rasulullah “Kaana Khuluquhuu Qur an” adalah akhlaqnya Rasulullah Al Quran. KH. A A Gym berkata untuk mengubah bangsa ini supaya bermartabat paling tidak harus mempunyai modal dasar 3M (Mulailah pada diri sendiri, Mulailah dari yang kecil, Mulailah saat ini), artinya seorang pendidik agar bisa memberikan kontribusi yang optimal dalam pembentukan watak anak / remaja tidak hanya dengan kata-kata, tetapi sebelum berbicara dia harus yakin dirinya telah mengamalkannya.
Disinilah peran serta sekolah yang mampu memberi kontribusi dalam pembentukan watak anak / remaja yaitu dengan cara memberi keteladanan dilingkungan sekolah bahkan memberi keteladanan dimanapun dan kapanpun dia berada. Ingat, dalam sebuah hadits disebutkan : Kelak dihari kiamat, ada sekelompok manusia ahli surga, mereka berdiri di depan pintu surga, kemudian Malaikat Ridwan mempersilahkannya agar segera masuk ke dalam surga, tetapi sekelompok manusia ini berkata kepada Malaikat Ridwan, Wahai Malaikat Allah, sungguh kami tidak berhak mendapat surga Allah ini, karena kami tidak mungkin bisa berdiri didepan pintu surga ini (menjadi anak yang shaleh) tanpa jasa dan bimbingan guru-guru kami, maka kemudian Malaikat Ridwan menyampaikan kepada Allah, dan Allah pun memasukkan kelompok guru lebih dahulu ke dalam surga kemudian kelompok murid dibelakangnya.
Sesuai dengan pokok permasalahan yang diangkat dan berdasarkan dasar atau landasan teori diatas, maka sesungguhnya sekolah turut memberikan andil yang cukup besar dalam pembentukan watak anak / remaja, tentunya apabila sekolah “Guru” mengetahui betul posisinya sebagai seorang “Pendidik” , bukan hanya sekedar mengajar di depan kelas tetapi sekaligus sebagai sosok yang patut diteladani.
Seorang Pendidik, sebelum mendidik dan mengajarkan ilmu pengetahuan, sudah barang tentu dia memiliki bekal yang cukup di bidang ilmu pengetahuannya maupun bekal ruhiyahnya, karena itulah sebagai modal dasar dalam mencapai tujuan pembelajaran. Ibarat sebuah komputer, bekal ilmu pengetahuan itu adalah perangkat kerasnya (hardware) sedangkan bekal ruhiyah adalah perangkat lunaknya (sofware), ilmu pengetahuan adalah disiplin ilmu yang akan disampaikan dan bisa dikembangkan atau dipelihara dengan cara memperbanyak belajar dan membaca sedangkan bekal ruriyah adalah berhubungan dengan kerjanya hati, seperti keikhlasan dalam memberi materi, kebersihan dan kesucian hati sehingga tumbuh kembang rasa tanggung jawab akan tugasnya hal ini hanya bisa dipelihara dengan memperbanyak shalat malam, dzikir kepada Allah dan membaca Al Qur’an (Q.S. Al Muzammil ayat. 1 – 4).
Selanjutnya, memang dalam dunia pendidikan secara zhahir, siapapun mampu menyampaikan materi pembelajaran, namun demikian sangat sedikit sekali yang mampu memberikan keteladanan, padahal keteladanan itu adalah kunci sukses dalam pembentukan watak anak / remaja, sehingga pantas kalau Allah sangat membenci orang yang bisa berkata-kata tetapi ia tidak melaksanakannya (Q.S. Ash Shaf ayat.3). Seorang pendidik sudah selayaknya mengamalkan empat sifat Rasul dalam kesehariannya, dia jujur dan selalu berkata benar, dia dapat dipercaya tidak pernah berkhianat, dia selalu bertutur kata menyampaikan pesan-pesan Allah dan Rasulnya, serta dia berusaha untuk mengembangkan diri, mengasah kecerdasannya untuk belajar dan belajar, sejalan dengan maksud dan tujuan Allah mengutus Muhammad Rasulullah menjadi suri teladan dan untuk menyempurnakan akhlaq umatnya. Keteladanan adalah pembelajaran pembentukan watak yang paling efektif kerena dia tidak perlu berkata-kata yang banyak, tetapi memberi contoh sebagai fakta aktual dalam kehidupan sebagaimana pribadi Rasulullah “Kaana Khuluquhuu Qur an” adalah akhlaqnya Rasulullah Al Quran. KH. A A Gym berkata untuk mengubah bangsa ini supaya bermartabat paling tidak harus mempunyai modal dasar 3M (Mulailah pada diri sendiri, Mulailah dari yang kecil, Mulailah saat ini), artinya seorang pendidik agar bisa memberikan kontribusi yang optimal dalam pembentukan watak anak / remaja tidak hanya dengan kata-kata, tetapi sebelum berbicara dia harus yakin dirinya telah mengamalkannya.
Disinilah peran serta sekolah yang mampu memberi kontribusi dalam pembentukan watak anak / remaja yaitu dengan cara memberi keteladanan dilingkungan sekolah bahkan memberi keteladanan dimanapun dan kapanpun dia berada. Ingat, dalam sebuah hadits disebutkan : Kelak dihari kiamat, ada sekelompok manusia ahli surga, mereka berdiri di depan pintu surga, kemudian Malaikat Ridwan mempersilahkannya agar segera masuk ke dalam surga, tetapi sekelompok manusia ini berkata kepada Malaikat Ridwan, Wahai Malaikat Allah, sungguh kami tidak berhak mendapat surga Allah ini, karena kami tidak mungkin bisa berdiri didepan pintu surga ini (menjadi anak yang shaleh) tanpa jasa dan bimbingan guru-guru kami, maka kemudian Malaikat Ridwan menyampaikan kepada Allah, dan Allah pun memasukkan kelompok guru lebih dahulu ke dalam surga kemudian kelompok murid dibelakangnya.
VI. KESIMPULAN
Sekolah adalah lembaga pendidikan terpercaya dalam mendidik dan mengantarkan anak / remaja menjadi orang yang berguna dan bermanfaat di masa depannya.
Sekolah harus menyambutnya dengan penuh tanggung jawab dan segera mengambil langkah-langkah kongkrit dalam mengemban kepercayaan masyarakat.
Unsur sekolah (guru) adalah ujung tombak keberhasilan pendidikan, maka mereka harus memiliki bekal yang cukup di bidang ilmu pengetahuan dan bekal ruhiyahnya.
Dalam pembentukan watak anak / remaja, saat ini bukan hanya dengan kata-kata yang kita sampaikan tetapi perlu keteladanan dari para pelaku pendidikan.
Sungguh, guru disisi Allah adalah merupakan orang-orang mulia yang akan dimasukkan kedalam surga-Nya lebih dahulu dari pada murid-muridnya.
Sekolah adalah lembaga pendidikan terpercaya dalam mendidik dan mengantarkan anak / remaja menjadi orang yang berguna dan bermanfaat di masa depannya.
Sekolah harus menyambutnya dengan penuh tanggung jawab dan segera mengambil langkah-langkah kongkrit dalam mengemban kepercayaan masyarakat.
Unsur sekolah (guru) adalah ujung tombak keberhasilan pendidikan, maka mereka harus memiliki bekal yang cukup di bidang ilmu pengetahuan dan bekal ruhiyahnya.
Dalam pembentukan watak anak / remaja, saat ini bukan hanya dengan kata-kata yang kita sampaikan tetapi perlu keteladanan dari para pelaku pendidikan.
Sungguh, guru disisi Allah adalah merupakan orang-orang mulia yang akan dimasukkan kedalam surga-Nya lebih dahulu dari pada murid-muridnya.
VII. PENUTUP
Demikian pemaparan Penanaman Budi Pekerti Melalui Pembiasaan Perilaku di Sekolah, semoga menjadi bahan masukan bagi pelaku pendidikan dan dapat mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bontang, 13 Juli 2005
Demikian pemaparan Penanaman Budi Pekerti Melalui Pembiasaan Perilaku di Sekolah, semoga menjadi bahan masukan bagi pelaku pendidikan dan dapat mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bontang, 13 Juli 2005
Misbahul Munir
Tidak ada komentar:
Posting Komentar